Thursday, May 29, 2008

shelter dan taksi


Jam 10 kurang -tadi malam- saya masih duduk di shelter depan kantor. Sambil menunggu jemputan suami tercinta (cie... suit... suit....).
Kalo udah malem, shelternya sepi walopun terang benderang. Beda banget sama suasana hiruk pikuk di siang hari.
Sambil duduk, saya liat antrian taksi kosong yang panjang. Deretan panjang si taksi biru.
Oh, tapi ternyata yang ada di urutan paling depan bukan si taksi biru (walopun warnanya sama), diikuti oleh taksi hijau berlogo pohon, baru akhirnya deretan si taksi biru.
Tiba-tiba muncul seorang perempuan muda mendekati antrian taksi dan langsung menuju si taksi biru whichis itu taksi ada di antrian nomor 3. Pak Security dengan sopan menunjuk ke antrian paling depan (mungkin maksudnya supaya naik taksi sesuai antrian).
Eh, ternyata si mbak lebih memilih 'mengawe' taksi dari jalanan daripada naik non burung biru. So, Pak Security mengalah, dan si mbak pun naik taksi di urutan ke3.
Begitu juga tak lama kemudian, 3 orang ibu-ibu yang tiba di shelter juga naik si taksi biru yang bukan berada di antrian paling depan.
Mmm.... pikir2, saya mungkin juga akan begitu. Daripada naik 'taksi nggak jelas', mending nyetop 'taksi jelas' dari pinggir jalan.
Hari gini gitu lho, salah naik taksi, bisa-bisa harta bahkan nyawa taruhannya!
Sebetulnya sih kasian juga ngeliat pengemudinya. Tapi gimana ya?
Apalagi seorang kawan sesama sekretaris *sekarang udah resign* pernah mengalami naas ketika naik taksi dari shelter ini. Waktu itu dia pulang agak malem karena ada lemburan kantor. Naiklah dia ke salah satu taksi 'warna putih' -sayangnya dia nggak ingat nama dan nomor taksinya- dari depan shelter ini. Naasnya, ternyata taksi yang dia naiki adalah taksi 'penjahat'. Saya nggak inget banget ceritanya, pokoknya setelah taksi penjahat itu menaikkan temannya, kawan saya ini diambilin barang-barangnya termasuk hape, uang dan entah apa lagi.
Nyaris tengah malam, dia diturunkan di pinggir jalan tol! Masya Allah....
Alhamdulillah, setelah berteriak karena nggak ada mobil yang mau berenti untuk ditumpangi (mungkin mobil2 di tol itu takut teman saya adalah komplotan yang mo ngejebak atau apalah), akhirnya ada juga mobil yang mo berenti dan berbaik hati mengantar kawan saya sampai deket rumahnya.
Biar gimanapun, kawan saya ini masih bersyukur karena dia masih selamat walopun harus kehilangan harta (bayangin bok, waktu itu kita baru gajian! dan kudu nunggu sebulan lagi menuju gajian berikutnya....)
Tragisnya, waktu saya tanya dia: "kok lo bisa-bisanya ngambil taksi gak jelas gitu sih? kenapa gak naik taksi X ato Y ato Z aja?"
Dan jawaban dia adalah: "Emang gw sengaja naik taksi itu, abis, kalo kita semua naik taksi X ato Y ato Z, trus yang naik taksi gak jelas itu siapa? ya gw mo bagi-bagi rejekilah...."
Masya Allah..... tragis ya? Dia tuh punya niat mulia, mo naik taksi yang nggak dilirik ama orang lain. Eh, malah dapet dirampok.
So, sejak itu, saya bener-bener milih taksi. Apalagi jaman udah makin susah, saya nggak berani ambil resiko dengan salah naik taksi....

No comments: