Friday, May 9, 2008

second project - bukumania: aku ini puisi cinta



taraaaa… ini my second project. Masih buat Mitranetra, aku ngetikin buku kumpulan puisinya Abdurahman Faiz yang dijuduli “Aku Ini Puisi Cinta” (Cetakan 1, tahun 2005).
Sama seperti Faris dan Haji Obet, buku ini buku (sudah) lama (belinya), dan merupakan salah satu penghuni rak buku anak-anak di rumah.
Aku memang lebih banyak beli buku anak-anak, -selain buku tentang agama- ketimbang novel, maksudnya sih supaya udah punya ‘modal’ kalo kelak abang, mas dan kakak udah mulai seneng baca. Hihihi… yakin banget anaknya demen baca kayak indungna ya? :)
Makanya kalo lagi mo baca novel atau fiksi, aku pinjem ama Dian ato Yuli yang emang koleksinya buku-buku novel.

Masih inget sama Faiz kan? Dia yang menang juara 1 Lomba Menulis Surat untuk Presiden RI dalam rangka Hari Anak Nasional 2003. Faiz memang bocah dengan kemampuan luar biasa. Ia mampu menulis rangkaian kata yang indah, sederhana, tapi sangat bermakna. Dan saat aku membuka lagi buku ini (lha namanya mo diketik, pasti dibuka dong ya…), ketakjuban terhadap Faiz tidak berkurang. Btw, kemana Faiz sekarang ya? Pastinya udah lebih gede, kan saat ini usianya sudah 12 tahun lebih.

Taufik Ismail pun dibuat takjub olehnya. Dan inilah pengantar Taufik Ismail tentang Faiz di buku “Untuk Bunda dan Dunia” yang dimasukkan lagi di buku “Aku Ini Puisi Cinta”:

* * *

Dari Pak Taufik Ismail:
“Bu Presiden, Aku Jangan Dipenjara, ya.”

Kumpulan sajak Untuk Bunda dan Dunia ini sungguh unik, karena pengarangnya, Abdurahman Faiz, berumur delapan tahun. Dia lahir di Jakarta, 15 November 1995. Ibunya, Helvy Tiana Rosa adalah pengarang, dan ayahnya, Tomi Satryatomo, wartawan. Faktor genetik dan lingkungan kepenulisan dengan budaya membaca di rumah, secara dini telah membentuk Faiz.
Sebelum menguasai aksara, cara bicara Faiz saja, karena puitiknya, sudah menggemaskan orang tuanya. Pada 1998, dia mengatakan kepada ibunya, “Bunda, aku mencintai Bunda seperti aku mencintai surga.” Waktu itu, Faiz berumur tiga tahun. Konon, banyak kata-kata bijak seperti itu berhamburan dari anak ini karena dia suka berkisah dan gemar bermain peran seperti dalam drama.
Setelah mampu mengetik dengan komputer meja dan laptop orang tuanya, Faiz mulai menulis. Tapi kalau menulis sajak, dia memilih layar telepon genggam yang kecil itu untuk menaruh larik-larik sajaknya.
Dari dua puluh sajak Faiz yang ditulisnya mulai Juli 2001 hingga November 2003 ini, 8 mengenai ibu dan ayahnya, 7 tentang situasi sosial, dan 5 tentang tokoh masyarakat.
Kecintaan Faiz terhadap orang tuanya, pastilah karena lingkungan interaksinya di rumah yang penuh kasih sayang. Saya kutipkan dua ungkapannya yang orisinal (dari Ayah Bundaku) dan mengharukan berikut ini:

Ayah bunda
kucintai kau berdua
seperti aku
mencintai surga

Semoga Allah mencium ayah bunda
dalam tamanNya terindah
Nanti

(Januari 2002)

Dia lebih banyak menulis tentang ibunya. Sajaknya ada yang langsung terasa jelas apa yang dimaksudkannya, tapi ada pula yang maknanya dibiarkan menggantung dan diserahkannya pada kita untuk menafsirkan lebih lanjut:

JALAN BUNDA

Bunda
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu

(September 2003)

Lima sajak Faiz menunjukkan kepekaan yang dalam terhadap duka-derita kehidupan manusia. Siti dan Udin di Jalan, sepanjang 8 bait, 38 baris berkisah tentang penggenjot becak beristrikan tukang cuci pakaian, yang mewakili ribuan lagi orang senasib, yang “… tetap berdoa/agar bisa sekolah/dan punya rumah berjendela.” Rumah kardus mereka, menurut pengamatan Faiz, tak ada yang berjendela. Sebuah pengamatan anak delapan tahun yang teliti.
Saya tersentak membaca Pengungsi di Negeri Sendiri (Oktober 2003). Saya, kok, lupa pada saudara-saudara kita itu, satu juta jumlahnya (mudah-mudahan sudah menyusut), akibat Balkanisasi dan perang saudara, yang terusir dari rumah dan kampung halaman sendiri. Saya malu, saya mulai lupa mereka. Cucunda Faiz, terima kasih. Engkau telah mengingatkan aku lagi pada mereka. Mari kita berbuat sesuatu untuk orang-orang sebangsa yang bernasib malang itu dan kita baca Al-Fatihah untuk mereka. Al Fatihah ….
Faiz juga kenal sejumlah tokoh dan menulis sajak mengenai mereka, yaitu Rasulullah Muhammad Saw., tokoh novel superpopuler Harry Potter, tokoh novel Frodo (dari Lord of the Rings karya J.R.R. Tolkien), Proklamator Bung Hatta, dan dua presiden, yaitu George W. Bush dan Megawati Soekarnoputri.
Suatu ketika, ibunya diundang sebagai sastrawati dan berceramah di Universitas Wisconsin, Madison dan Universitas Michigan, Ann Arbor, Michigan pada September 2003. Pengetahuan umum Faiz bukan main, yang diketahuinya lewat media massa dan tentunya percakapan di rumah, tentang kemungkinan repotnya ibunda Faiz yang berjilbab pergi ke Amerika Serikat pada hari-hari ini.

Dari berita yang kubaca
Amerika penuh rekayasa
khawatir pun melanda
bila jilbab dijadikan masalah

Bagaimana bila bunda
tiba-tiba dianggap anggota alqaidah?
bukankah Presiden Amerika
menuduh dengan mudah
siapa saja yang tak dia suka?

Tapi, syukurlah kekhawatirannya tak terjadi dan bundanya selamat sepanjang perjalanan.
Faiz ikut Lomba Menulis Surat untuk Presiden RI sehubungan dengan Hari Anak Nasional 2003 dan jadi pemenang pertama. Surat Buat Ibu Negara yang dimuat dalam kumpulan ini adalah bentuk sajak dari surat yang memenangkan hadiah tertinggi dan menawan perhatian luas dalam media massa Indonesia karena bijaknya. Dalam setiap bait, dari keenam bait sajaknya ini terdapat ungkapan, cita-cita, dan saran pada Presiden RI dalam idiom anak-anak yang segar.
Faiz sendiri juga bercita-cita kelak jadi presiden dengan kualifikasi kecerdasan bisa bicara sepuluh bahasa, pandai membuat komputer sendiri, dicintai orang-orang, (dia tidak pilih kata klise rakyat) dan persyaratan yang paling berat: kalau mati masuk surga.
Sebagai penutup surat, setelah usul ini-itu yang dikhawatirkannya menyinggung perasaan presiden, Faiz bersajak:

Sudah dulu, ya
ibu jangan marah, ya
kalau tidak senang
aku jangan dipenjara, ya
Terima kasih.

Kemampuan Faiz menulis, dalam perkiraan saya, sepuluh tahun melompati umurnya. Remaja berusia delapan belas tahun, jika mampu menulis serapi ini, sudah terbilang bagus sekali. Ayah bunda Faiz dititipi Allah bakat brilian yang mereka harus jaga dan tumbuhkan sebaik-baiknya. Janganlah sampai kemasyhuran dini mengguncangnya dan mengganggu perkembangan psikologi Faiz selanjutnya.
Mudah-mudahan, Ibunda Helvy dan Ayahanda Tomi berhasil baik dan Cucunda Faiz mencapai cita-citanya dalam naungan ridha Allah Swt.

Amin

Jakarta, Ramadhan 1424 H/ 6 November 2003 M

Pengantar ini diambil dari buku pertama Faiz
Untuk Bunda dan Dunia (Dar! Mizan, 2004)

* * *

Buku kumpulan puisi ini memang bagus sekali. Tob deh!
Mau tau lebih lanjut? silakan baca sendiri …
- keterangan foto: Nanda & bukunya Faiz "Aku Ini Puisi Cinta" -

No comments: