Kamis kemarin, saya kembali menghabiskan waktu makan siang saya di pasar komplek menteri, Widyacandra.
Selain makan siang, saya sempet beli buku ini yang ditulis oleh pengarangnya Kite Runner. Padahal, saat beli buku ini, 2 buah buku Gajah Mada yang dipinjamkan sama bundanya Echa belum sempet saya senggol.
Tadi pagi saya sudah rampung baca Gajah Mada buku kesatu. Dan sudah mulai buka buku ke-2nya. Insya Allah, setelahnya, buku ini bakal dapet giliran.
Btw, buku Gajah Mada yang kesatu, nggak terlalu greget ya?
Apakah karena Gajah Mada bukan cerita silat seperti Senopati Pamungkas? atau karena Gajah Mada berkisah dari sisi yang 'bersebrangan' dengan kubu Upasara Wulung, jagoan saya?
Entahlah. Bisa jadi kedua-duanya iya.
Soalnya, saya suka banget (sandiwara radio jaman dulu) Api di Bukit Menoreh, tapi (sangat) nggak suka Tutur Tinular dengan Brama Kumbaranya. Menurut saya, cerita si Brama Kumbara itu terlalu banyak 'romannya'. Nggak seru.
Ngalamin nggak jaman sandiwara radio ini? wuih... seru lho. Dulu, waktu saya SMA dan tinggal di rumah mbah saya, tiap subuh sebelum berangkat sekolah, rutinitas wajib saya adalah denger Api di Bukit Menoreh dan kajiannya KH Kosim Nurseha :)
So, sampe saat ini, Senopati Pamungkas masih tak terkalahkan dan tetap favoritku nomor satu.
No comments:
Post a Comment