Monday, June 9, 2008

bahagia

apa sih parameter kebahagiaan?

Semuanya akan berpulang ke masing-masing pribadi.
Paramater kebahagiaan tiap orang tidaklah sama atau seragam.

Saya misalnya. Saya berbahagia walau orang tua saya bukanlah orang kaya.
(Dulu) ayah saya hanyalah seorang kontraktor yang kadang punya proyek, kadang juga nggak.
Kadang punya uang, sehingga beliau bisa membelikan kami (anak-anaknya) mainan, makanan enak, kaset (jaman itu belum ada CD bow), atau apapun asal sesuai isi kantongnya.
Pernah, kami juga hanya makan nasi berlauk kecap dan sambal :(
Tapi saya nggak pernah sedih ato malu.
Saya bahagia dengan apa yang telah diberikan ayah (baca: kedua orang tua) saya.

Bahagia dan bangga kepada ayah saya, yang (sangat saya yakini) telah bekerja keras untuk menghidupi kami.
Bahagia dan bangga kepada ibu saya yang tak banyak cakap, tapi sangat trampil mengelola keuangan yang tak langsam setiap bulannya. Kadang ada, kadang tiada.

Hanya karena ketrampilan ibu saya, saya dan saudara-saudara saya tak putus sekolah. Alhamdulillah.
Mereka sungguh-sungguh telah menunaikan tugas mereka, untuk mengantar kami kepada kedewasaan dan dunia 'yang sesungguhnya' dengan sangat berhasil.
Hingga kami bisa mencari uang dan menghidupi diri kami sendiri, hingga kami menikah dan berumah tangga, hingga kami beranak-pinak, hingga hari ini ....

Walau tak bermandikan uang (ceile, istilahnya... kagak nahan : ) dan selalu terpenuhi keinginan, tapi saya bahagia. Karena banyak hal maupun kesempatan yang saya dapat, tapi belum tentu dialami orang lain, bahkan jika orang lain itu punya uang banyak ...

Saya ingat, bahwa saat ayah saya sedang mengerjakan protek PLTA Saguling, saya dan adik saya ikut kesana. Tinggal (menginap) di rumah kos yang sangat sederhana, hanya bertembok bilik, tak ada TV, hanya ada radio (karena dulu di wilayah tersebut memang masih sangat terbatas fasilitasnya, tidak seperti sekarang, setelah PLTA Saguling beroperasi). Saya dan adik saya mancing ikan di sungai yang dalam dan deras, sementara ayah saya bekerja di proyek.

Hebatnya, kalo saya lagi bosan dan malas sekolah, pas ayah di rumah dan mau berangkat ke proyek luar kota, kami diperkenankan bolos dan ikut beliau ke proyek :) Asik kan?
Lumayan, 2-3 hari dapet suasana yang berbeda daripada Jakarta :)

Yang paling puas, mungkin kakak dan adik saya.
Bahkan, ketika SD, kakak saya pernah nggak naik kelas karena kelamaan ikut ayah kami ke Kalimantan :)
Hehehe, tapi teuteup kami bertiga nggak kapok dan masih seneng bolos sekolah (ikut ke proyek) sampai kami lulus sekolah :)

Kalo saya pikir-pikir, mungkin 'kesusahan' itulah yang sangat kami nikmati.
Mungkin, itulah parameter kebahagiaan kami :)

btw, kalo mandi pake uang logam, kepala kita pada benjol dong ya =

No comments: