Wednesday, February 29, 2012
Tuesday, February 28, 2012
penghapus
Monday, February 27, 2012
Sunday, February 26, 2012
aikon
Friday, February 24, 2012
Thursday, February 23, 2012
menu makan siang
nasi putih, udang goreng tepung, sop jagung manis, sosis asam manis. nyam nyam...
Published with Blogger-droid v2.0.2
Wednesday, February 22, 2012
Tuesday, February 21, 2012
Sunday, February 19, 2012
Friday, February 17, 2012
tiup lilin
melek mata, abang ditodong tiup lilin.
senengnya abang bilang "makasih ya bun".... hihihi padahal itu red velvet sebetulnya nyaris gatot. secara oven di rumah ugal2an ngaco suhunya. akibatnya ya begitu, panggangan yang pertama ancur lebur. untungnya buat konsumsi sendiri. jadi makan sajaaaa... hahahaha...
sisanya nggak berani dimasukin ke oven, jadi saya kukus ;P
dan hasilnya... taraaaaa... red velvet kukus ;P
happy milad abang.... kita semua sayaaaang abang.. mwah mwah mwah...
happy milad abang sayang
Selamat hari lahir abang sayang... 14 taun sudah perjalanan hidupmu. Smoga abang jadi anak sholeh yg selalu dirahmati Allah, dunia akhirat. I know it's not easy being a teenager, tapi insya Allah, apa yg abang lewati hari ini dan kemarin, jd bekal yg luar biasa utk langkahmu ke masa depan. We luv u son...
Published with Blogger-droid v2.0.2
Tuesday, February 7, 2012
Friday, February 3, 2012
Thursday, February 2, 2012
good article: percaya akan foto sendiri - by: enche tjin
sebuah artikel bagus yang ditulis oleh pak enche tjin yang saya copas dari webnya (www.infofotografi.com), tentunya dengan seijin beliau. tulisan asli bisa klik disini.
* * * * * * * * * *
Percaya akan foto sendiriby Enche on January 31, 2012
Tujuan fotografi kita salah satunya adalah untuk berbagi kepada orang lain. Perkembangan media sosial seperti facebook, google+, flickr, dll membuat acara sharing ini menjadi mudah.
Meskipun demikian, banyak fotografer masih mengurungkan niatnya untuk berbagi karena kurang percaya dengan kualitas foto sendiri. Media sosial membuat fotografer berpikir berulang-ulang dan takut apakah fotonya akan diterima dengan baik oleh teman-temannya dan masyarakat luas. Karena takut respon negatif, atau kurang direspon, maka fotografer tersebut menjadi ragu untuk menampilkan foto apa adanya.
Untuk mengkompensasikan kekurang-percayaan atas fotonya sendiri, banyak orang yang mengunakan editing yang hasilnya seringkali membuat lebih buruk dan tidak jujur. Sebenarnya, foto yang di edit secara berlebihan membuat masyarakat yang melihat foto tersebut malah ikut tidak mempercayai foto tersebut.
Contohnya adalah teknik pengeditan seperti HDR, instagram (aplikasi Iphone), filter / action photoshop dan sebagainya. Dengan pengeditan ini, fotografer merasa lebih nyaman dengan hasil fotonya. Tapi dengan pengeditan berlebihan dan “hantam kromo” semacam ini, maka foto yang tadinya bagus, jujur dan jelas menjadi kabur tertutup dengan tirai “make-up” editan.
Contoh lain, di foto iklan dan foto di majalah-majalah. Banyak yang telah mengalami pengeditan sehingga tidak alami lagi. Misalnya selebriti yang kulitnya sangat mulus dan pinggangnya sangat ramping. Dengan banyaknya foto yang diedit secara berlebihan, masyarakat menjadi tidak percaya lagi dengan fotografi. Akhirnya terbentuk lingkaran ketidakpercayaan yang tidak berakhir.
Pinggang, lengan dan paha semuanya di-photoshop menjadi ramping
Selain itu, fotografer yang kurang pede juga biasanya memberikan deskripsi yang terlalu berlebihan di judul atau keterangan di fotonya. Padahal foto yang bagus akan bercerita dengan sendirinya dan tidak membutuhkan terlalu banyak keterangan.
Ada dua jenis fotografer yang bermasalah berkaitan dengan kepercayaan:
Fotografernya percaya dengan hasil karyanya, tapi teknik fotonya memang belum bagus saat pemotretan.
Fotonya sudah bagus, cuma yang moto senantiasa kurang pede dengan hasilnya.
Solusi untuk yg fotografer pertama relatif mudah, belajar dan foto lagi teknik yang lebih baik. Dengan rajin belajar foto dan latihan melihat, maka tidak terasa kualitas foto kita akan meningkat.
Kualitas foto kita meningkat karena kita sudah menguasai teknik-teknik foto, semakin mengenal peralatan kita (kamera, lensa, flash, dll) sehingga semakin mudah mengekspresikan maksud kita. Secara otomatis masyarakat yang melihat foto tersebut akan dapat memahami apa yang ingin kita sampaikan.
Untuk yang kedua, menumbuhkan kepercayaan diri dari dalam diri sendiri seringkali malah lebih sulit. Solusinya adalah mencari mentor yang bisa membimbing dan mengarahkan ke arah yang positif. Dengan menguasai ilmu fotografi dan seni, maka seseorang akan menjadi lebih pede dengan hasil karyanya.
* * * * * * * * * * *
wow. jadi, jangan surut semangat untuk tetap memotret. salam jepret! :)
* * * * * * * * * *
Percaya akan foto sendiriby Enche on January 31, 2012
Tujuan fotografi kita salah satunya adalah untuk berbagi kepada orang lain. Perkembangan media sosial seperti facebook, google+, flickr, dll membuat acara sharing ini menjadi mudah.
Meskipun demikian, banyak fotografer masih mengurungkan niatnya untuk berbagi karena kurang percaya dengan kualitas foto sendiri. Media sosial membuat fotografer berpikir berulang-ulang dan takut apakah fotonya akan diterima dengan baik oleh teman-temannya dan masyarakat luas. Karena takut respon negatif, atau kurang direspon, maka fotografer tersebut menjadi ragu untuk menampilkan foto apa adanya.
Untuk mengkompensasikan kekurang-percayaan atas fotonya sendiri, banyak orang yang mengunakan editing yang hasilnya seringkali membuat lebih buruk dan tidak jujur. Sebenarnya, foto yang di edit secara berlebihan membuat masyarakat yang melihat foto tersebut malah ikut tidak mempercayai foto tersebut.
Contohnya adalah teknik pengeditan seperti HDR, instagram (aplikasi Iphone), filter / action photoshop dan sebagainya. Dengan pengeditan ini, fotografer merasa lebih nyaman dengan hasil fotonya. Tapi dengan pengeditan berlebihan dan “hantam kromo” semacam ini, maka foto yang tadinya bagus, jujur dan jelas menjadi kabur tertutup dengan tirai “make-up” editan.
Contoh lain, di foto iklan dan foto di majalah-majalah. Banyak yang telah mengalami pengeditan sehingga tidak alami lagi. Misalnya selebriti yang kulitnya sangat mulus dan pinggangnya sangat ramping. Dengan banyaknya foto yang diedit secara berlebihan, masyarakat menjadi tidak percaya lagi dengan fotografi. Akhirnya terbentuk lingkaran ketidakpercayaan yang tidak berakhir.
Pinggang, lengan dan paha semuanya di-photoshop menjadi ramping
Selain itu, fotografer yang kurang pede juga biasanya memberikan deskripsi yang terlalu berlebihan di judul atau keterangan di fotonya. Padahal foto yang bagus akan bercerita dengan sendirinya dan tidak membutuhkan terlalu banyak keterangan.
Ada dua jenis fotografer yang bermasalah berkaitan dengan kepercayaan:
Fotografernya percaya dengan hasil karyanya, tapi teknik fotonya memang belum bagus saat pemotretan.
Fotonya sudah bagus, cuma yang moto senantiasa kurang pede dengan hasilnya.
Solusi untuk yg fotografer pertama relatif mudah, belajar dan foto lagi teknik yang lebih baik. Dengan rajin belajar foto dan latihan melihat, maka tidak terasa kualitas foto kita akan meningkat.
Kualitas foto kita meningkat karena kita sudah menguasai teknik-teknik foto, semakin mengenal peralatan kita (kamera, lensa, flash, dll) sehingga semakin mudah mengekspresikan maksud kita. Secara otomatis masyarakat yang melihat foto tersebut akan dapat memahami apa yang ingin kita sampaikan.
Untuk yang kedua, menumbuhkan kepercayaan diri dari dalam diri sendiri seringkali malah lebih sulit. Solusinya adalah mencari mentor yang bisa membimbing dan mengarahkan ke arah yang positif. Dengan menguasai ilmu fotografi dan seni, maka seseorang akan menjadi lebih pede dengan hasil karyanya.
* * * * * * * * * * *
wow. jadi, jangan surut semangat untuk tetap memotret. salam jepret! :)
Subscribe to:
Posts (Atom)